Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Sebuah Khayalan Menjelang Petang AWAL mula postingan ini sejatinya tulisan status saya di Facebook. Saya membayangkan, bagaimana seandainya Hari Raya Nyepi yang selama ini dirayakan hanya di Bali saja, ternyata dirayakan di seluruh dunia. Kalau semuanya merayakan Nyepi, artinya seluruh aktivitas di berbagai belahan bumi stop selama 24 jam. Ketika sampai pada bayangan bahwa seluruh aktivitas di dunia ini bakal terhenti selama 24 jam, saya belum sempat berpikir berapa persen energi yang mungkin bisa dihemat. Berapa persen pula polusi yang bisa dikurangi. Dan, berapa persen juga penyakit jiwa yang bisa diredam. Soalnya, saya sendiri tidak punya gambaran jelas mengenai itu semua. Karena memang saya tidak punya data. Apalagi melakukan survei secara langsung. Tapi, kebiasaan mengkhayal yang sejak SD sudah biasa saya lakukan rupanya mendorong saya untuk merenung lebih dalam. Saya pun mengabaikan angka-angka dan langsung pada kesimpulan bahwa pasokan energi di bumi semakin langka. Sebara

Menengok Klebutan Toya Masem (2-habis)

Gambar
Airnya Diyakini Punya Khaziat Menyebuhkan Penyakit Percaya tidak percaya, air di Klebutan Toya Masem memang punya rasa yang aneh. Konon keanehan rasa air itulah yang membuat beberapa orang luar Karangasem mendatangi mata air ini. Untuk apa ya? RASA masam setelah menenggak air tersebut masih terasa. Sementara Panda melanjutkan ceritanya mengenai mata air yang ada di banjarnya tersebut. Menurutnya, rasa air yang aneh tersebut tak jarang mendorong beberapa orang dari luar Karangasem datang ke Klebutan Toya Masem. Setiap kali datang, mereka kebanyakan berniat meminta air tersebut untuk dijadikan obat. “Kebanyakan orang Gianyar, Singaraja, Klungkung, dan Badung. Mereka bilang mau nunas air untuk dijadikan obat,” kata Panda sambil mengusap wajahnya dengan air di klebutan pertama. Entah khasiat atau unsur apa yang terkandung dalam air tersebut. Panda pun mengaku sama sekali tidak mengetahuinya. Apalagi dia bukan orang berpendidikan tinggi. Namun keyakinan mendorong dirinya percaya ba

Menengok Klebutan Toya Masem (1)

Gambar
Airnya dari Satu Sumber, Tapi Rasanya Ada Lima Karangasem memang punya banyak lokasi yang layak dijadikan tempat untuk melakukan aktivitas spiritual. Salah satunya Bukit Bangle yang ada di Desa Bunutan, Abang. Di tempat ini, konon ada sumber mata air dengan lima rasa yang berbeda. Dan, Sabtu (10/4) yang lalu, Radar Bali akhirnya berkesampatan singgah ke tempat itu. Benarkah ada sumber mata air dengan lima rasa berbeda? GUYURAN hujan pada Sabtu (10/4) siang akhirnya terhenti juga. Meski demikian, puncak Gunung Lempuyang masih terlihat kelabu disaput mendung kelam. Di tengah cuaca yang mulai mereda, saya sampai pula di Banjar Bangle yang terletak di Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Banjar yang berada di kaki bukit Bangle ini begitu asri. Dari kejauhan, rumah penduduk yang masih dibangun dengan cara tradisional terlihat begitu uniknya. Berundag-undag mengikuti alur ketinggian Bukit Bangle serta sebagian kaki Gunung Lempuyang. Tak berselang lama, seorang pemuda bernama I Made Sulida menghamp

Mahadewi Dikepung Kekeringan

Gambar

Masih Ada Tempat Bermain

Gambar
DISADARI atau tidak, pesatnya pembangunan di Bali telah menghilangkan area bagi anak-anak untuk bermain atau melakukan aktivitas seusianya. Akibatnya, anak-anak sekarang lebih akrab dengan pusat permainan yang ada di supermarket atau pusat perbelanjaan. Mereka tak lagi mengenal lingkungannya secara langsung. Dan, lebih akrab dengan tokoh imajinasi yang ada di pusat permainan yang terkadang dijadikan alternatif penitipan bagi para orang tua saat shoping. Meski demikian, masih ada secercah harapan bagi anak-anak di Bali. Nun jauh di kaki Gunung Agung, tepatnya di Desa Munti Gunung, masih terhampar luas perkebunan kering yang ditanami kacang mete. Di tempat itu juga, anak-anak setempat sering bermain. Dahan pohon mete yang relatif pendek mereka jadikan ayun-ayunan. Seperti yang dilakukan tiga anak Munti Gunung beberapa waktu lalu. Di pohon itulah mereka bermain dengan leluasa.(rul)

Meamian-amianan, Suka Cita Para Dewa

Gambar
KARANGASEM ternyata punya segudang tradisi unik yang masih tetap lestari hingga saat sekarang. Selain Geret Pandan di Tenganan, Ter Teran di Jasi, masih ada tradisi unik lainnya yang cukup menarik untuk ditonton. Di Desa Adat Asak, Kecamatan Karangasem, ada tradisi Meamian-amianan yang hanya digelar pada Purnama Kedasa selama dua tahun sekali. Dalam tahun ini, tradisi itu kembali digelar sejak Selasa (30/3) yang lalu hingga Rabu (31/3) kemarin. Para warga terutama kaum lelaki berkumpul di Pura Desa Adat Asak sekitar pukul 16.00 untuk bersiap mengarak jempana yang menjadi tempat pretima (benda suci milik desa). Jempana tersebut kemudian digotong ke Beji Toya Ijeng yang berjarak sekitar satu kilometer dari pura. Sesuai namanya, Beji merupakan sumber mata air yang sangat disucikan. Sehingga di tempat itu pula seluruh jempana disucikan. Yang menarik dari prosesi ini adalah aksi saling sogok-menyogok antara pengusung jempana. Ini berlangsung sekembalinya dari proses penyucian di beji dan se

Nginjak Bumi, Tradisi Unik Kampung Grembeng

Gambar
DALAM sepuluh hari lagi, kalender islam akan memasuki bulan Rabiul Akhir. Meski demikian, peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau kerap disebut Maulid Nabi masih tetap berlangsung di Karangasem. Perayaannya masih bisa ditemukan di beberapa kampung Muslim di Karangasem dengan berbagai tradisi unik khas wilayah setempat. Di Kampung Gerembeng Atas contohnya. Kemarin, Minggu (7/3), perayaan Maulud Nabi dilaksanakan dengan tradisi Ngurisang. Tradisi ini dilakukan dengan cara menguris rambut puluhan bayi di kampung setempat. Prosesi pemotongan rambut bayi tersebut diiringi dengan pembacaan Shalawat. Kalau dilihat sepintas, tradisi ini menunjukan adanya akulturasi Hindu dan Islam. Karena dalam pelaksanaannya banyak mempergunakan kembang dan air. Tradisi ini sendiri terbagi dalam tiga tahapan. Setelah pemotongan rambut bayi, tradisi ini kemudian dilanjutkan dengan Mejurag atau melempar uang koin yang bercampur kembang. Mejurag ini dilakukan di halaman masjid dan diikuti oleh ratusan anak

Pulang dari Melaut

Gambar
INDONESIA memang punya kekayaan laut yang menakjubkan. Pun demikian dengan Bali yang dikenal di tiap penjuru dunia. Inilah gambaran kehidupan nelayan tradisional di Bali yang dijepret di Tanah Ampo, Karangasem. Mereka dengan gotong royong memperbaiki jaring yang baru saja dipakai untuk menangkap ikan. Mereka berangkat dini hari dan pulang dengan tangkapan yang siap dijual pada pagi hari. (rul)

Horee…Sekarang Punya Cupang

Gambar
SEJAK 4 Maret 2010, di kamar kosku yang sempit kedatangan penghuni baru. Mereka tak lain tiga ekor ikan Cupang yang anggun. Lumayan untuk teman sekaligus pelepas suntuk di kamar kos. Tiga ekor Cupang ini beli di penjual ikan yang ada di dekat Tugu Pahlawan Karangasem pada hari itu juga. Ketiga ikan ini aku taruh di botol bekas yang sudah aku potong. Tidak banyak makan tempat, karena tubuh ikan petarung ini tidaklah besar. Meski tercatat sebagai ikan kelas petarung, ikan ini tidak akan aku adu. Kasihan, tubuhnya yang mungil tapi anggun bakal rusak. Bahkan bisa mati kalau dia kalah saat diadu. Welcome Mbak Cupang.(rul)

Mads Lange, Arsitek Ketenaran Kuta

Gambar
KUTA dengan segala ketenarannya ternyata menyimpan banyak sejarah. Tak hanya sebagai tujuan wisata utama dunia, Kuta yang berada di Kabupaten Badung tercatat pula sebagai kawasan perdagangan yang layak diperhitungkan pada masanya. Bahkan, kongsi dagang Belanda alias VOC yang bekedudukan di Batavia sempat mengalami depresi politik lantaran pesatnya kemajuan Kuta masa itu. Melejitnya Kuta sebagai sebuah tujuan wisata sesungguhnya dimulai pada abad 19. Pada saat itu, Kuta menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Badung. Kemajuan di bidang perdagangan kala itu, kelak di kemudian hari menjadikan Kuta sebagai kawasan wisata utama di dunia. Konstruksi dari itu semua tak lepas dari peran seorang seorang Denmark bernama Mads Johansen Lange. Berdasarkan tinjauan sejarah yang ada, pria kelahiran Rudkobing pada 18 September 1807 ini seorang pengusaha sekaligus politisi ulung. Terdamparnya Mads Lange di Bali hingga akhir hayatnya tak terlepas dari situasi perpolitikan dan ekonomi di negaranya

Prosa I

Aku sudah berusaha maksimal. Proses demi proses sudah aku lalui. Bahkan, aku harus berjalan dalam kegelapan. Tapi mengapa proses yang aku lalui tetap terkesan tidak sempurna? Malah sebaliknya, aku menuai cibiran telak dari segala penjuru. Aku harus mengecap penilaian terburuk dari tiap ujung jari. Salahkah aku bersikap hati-hati. Aku sudah belajar untuk merubah mental. Dari yang buruk di mata teman-teman. Menuju yang baik di mata komunitas dan profesi. Aku pun sudah berusaha untuk menghindari kebiasaan sesat dalam sebuah profesi. Aku hanya ingin bersikap bijak. Tiada niatku untuk lepas dari idealisme. Bukankah profesi ini mengedepankan nalar pula. Bukan sekadar skeptis yang tinggi? Nalar itu aku terapkan. Karena aku harus mandiri. Rasa nyaman dan aman bukankah hak azasi. Pun demikian dalam menjalani profesi. Chairul AS, 22 Pebruari 2010

Gebug Ende, Warisan Perang Tentara Seraya

Gambar
Diyakini Bisa Mendatangkan Hujan Lantaran diyakini bisa mendatangkan hujan, Gebug Ende lahir di Seraya. Dan, di musim kemarau tahun ini, tradisi ini kembali digelar. Bagaimana tradisi ini lahir? BEBERAPA hari belakangan ini, warga Desa Seraya, Karangasem dalam rentang waktu tiga hari mendapat hiburan gratis pada sore harinya. Yakni, kesenian Gebug Ende yang kembali digelar oleh Desa Pekraman setempat. Tradisi ini dilakukan untuk memohon datangnya hujan dan menyudahi musim kemarau yang saat ini masih menyengat. Selama ini, Gebug Ende memang identik dengan kekeringan. Karena, kesenian yang dimainkan oleh kaum lelaki di Seraya ini memang dipercaya memiliki kesakralan. Bagi warga Seraya, musim kemaru yang tak berkesudahan menjadi waktu bagi mereka untuk menggelar tradisi tersebut. Tradisi yang sejatinya warisan kaum lelaki Seraya yang menjadi pasukan kerajaan Karangasem saat ekspansi ke Kerajaan Selaparang, Lombok. Entah apa kaitannya antara Gebug Ende dan hujan? Yang jelas, kepercayaan it

Reboisasi Mandiri Ala Warga Temukus

Gambar
Menyelamatkan 30 Hektar Lahan Labil Meski masuk kategori subur, lahan di Dusun Temukus, Desa Besakih ternyata cukup labil. Unsur tanah yang banyak mengandung pasir membuat lahan di pedusunan tersebut rentan longsor. Di sisi lain, lahan yang curam tersebut tidak disertai dengan pepohonan penyangga. Karena itu, warga setempat dengan swadaya melakukan reboisasi. Seperti apa jalannya? KABUT tebal terlihat menyelimuti Gunung Agung pada Kamis (18/2) siang. Rona-ronanya, kawasan spiritual tersebut sebentar lagi akan hujan. Meski demikian, koran ini harus tetap melanjutkan perjalanan untuk menengok aktivitas beberapa warga di Dusun Temukus, Desa Besakih yang sedang mereboisasi wilayahnya. Penghijauan tersebut sedang mereka gencarkan karena kebetulan mendapat bantuan 2 ribu bibit Albesia yang diperjuangkan Uluapad Community dari Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Awalnya, koran ini melintasi jalan yang lumayan baik karena dilapisi semen. Namun kondisi jalan yang bebas hambatan itu ternyata tak bis

Irit atau Pelit?

Gambar
Entah karena tidak ada dana atau memang tidak masuk dalam perencanaan, di Lingkungan Padang Kertha, Karangasem, tiang listriknya justru dimanfaatkan dari pepohonan. Tiap pohon kelapa yang tumbuh di pinggir jalan dipakai untuk menggantungkan kabel listri. Agar bisa mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Padahal, warga yang awam kelistrikan, bisa saja khawatir. Kalau cara seperti itu bisa sangat membahayakan. Apalagi kalau sedang musim hujan. (rul)

Ketika Batik Mendapat Julukan World Haritage

Gambar
Indonesia memang patut berbangga, ketika 2 Oktober 2009 yang lalu UNESCO menetapkan kain batik sebagai warisan dunia atau lebih keren world heritage. Bagaimana tidak, batik merupakan hasil budaya Indonesia yang bisa dibilang mengakar di tiap penjuru Nusantara. Tak terkecuali Bali. Karena adanya pengukuhan tersebut, tak mengherankan kalau pemerintah menetapkan Hari Batik Nasional dan menganjurkan tiap warga mengenakan batik. Apakah itu sudah cukup? BAGI para pengerajin batik di Jogyakarta, pengakuan itu memberi kebanggan sekaligus tantangan yang begitu rumit dan berat. Bangga karena pamor batik di mata dunia semakin naik. Terutama dalam dunia fashion yang belakangan cenderung menggagas ide kekinian. Karena, batik selama ini diidentikan dengan kekunoan. Sehingga sangat jarang designer menjadikan batik sebagai pilihan alternatif bahan busana. Dikatakan tantangan rumit dan berat, lantaran industri kerajinan batik tradisional harus berhadapan dengan pabrik bermodal besar. Yang mengandalkan

Candi Kimpulan, Jejak Mataram Kuno yang Tercecer

Gambar
Penemuan situs Kimpulan di areal Universitas Islam Indonesia (UII) hingga kini menjadi pusat perhatian para arkeolog. Sebab, situs ini merupakan ceceran sejarah mengenai kerajaan Mataram Kuno. Sekalipun candi ini sekarang berstatus monumen mati (dead monument). Apa saja yang ditemukan? PULUHAN orang tukang terlihat sibuk menggali di salah satu sudut areal Universitas Islam Indonesia (UII) Jogyakarta, Sabtu (24/1) yang lalu. Mereka meraup pasir lapis demi lapis untuk kemudian di timbun pada tempat lain. Semua itu dilakukan untuk memisahkan bangunan yang tertimbun oleh pasir bekas muntahan Gunung Merapi. Bangunan itu kini begitu penting untuk digali. Karena sejak 11 Desember 2009 yang lalu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jogyakarta menetapkan bangunan itu sebagai bangunan candi bersejarah. Namanya situs candi Kimpulan. Oleh para arkeolog yang meneliti penemuan tersebut, nama itu diberikan lantaran lokasinya berada di Dusun Kimpulan, Kabupaten Sleman. Hingga kini banguna

Kebo Hitam, Sisi Lain Keindahan Tenganan

Gambar
Selain kain Geringsing, identitas Desa Tenganan akan mudah diingat dengan kebo yang berkeliaran seantero desa. Kebo itu ada tanpa diketahui sejarahnya. Sekalipun demikian, kebo itu tetap lestari sampai sekarang. SEORANG bule yang tengah berkunjung ke Desa Tenganan mendadak terkejut. Saat dirinya asyik menjempret salah satu bangunan tua nan unik di Desa Tua tersebut, dia dikagetkan dengan bunyi dengusan yang datang dari arah belakang. Tak dinyana, seekor Kebo (Kerbau,Red) tengah menghampiri dirinya dan berusaha mengendus tas gendong yang ada di punggungnya. Momen yang mengagetkan itu ternyata tak membuat bule gaek tersebut gentar. Malah sebaliknya, dia merasa tertantang untuk menjepret binatang bertanduk yang sudah bikin dia sport jantung tadi. Peristiwa tersebut tak telampau lama terjadi. Dan, karena melihat peristiwa itu, koran ini pun menjadi penasaran, kenapa kebo tersebut dibiarkan lepas dan bagaimana ceritanya binatang ternak itu bisa dilestarikan di Tenganan? Sabtu (30/1

Menengok Perayaan Tumpek Wayang

Gambar
Dirayakan Secara Terbatas, Tapi Diyakini Bisa Menolak Bala Kemarin, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wayang. Perayaannya dilakukan dengan cara mengupacarai benda-benda seni, utamanya wayang. Sebagian umat Hindu yakin, mengupacarai wayang bisa menghindarkan segala bentuk marabahaya pada diri manusia. Seperti apa? MENDUNG tebal ditambah hujan deras mengguyur kota Amlapura sejak pagi kemarin, Sabtu (6/2). Meski kondisi cuaca seperti itu terlihat kurang bersahabat, keluarga Jro Dalang Ketut Segara tak begitu menggubrisnya. Mereka terlihat sibuk mempersiapkan sesajian untuk mengupacarai lembar demi lembar wayang yang dimilikinya. Satu per satu wayang dikeluarkan dari keropaknya, kemudian ditancapkan pada batang pisang yang sudah dipersiapkan di salah satu sudut areal puranya. Tak berapa lama, sanak saudara Dalang Ketut Segara datang. Begitu juga dengan beberapa masyarakat Hindu lainnya, juga datang ke tempat Jro Dalang yang bermukim di Lingkungan Pendem tersebut. Tepat sekitar pu

Sandyakalaning Arak Karangasem

Gambar
Arak Bali memang punya daya pikat tersendiri bagi para pecinta minumankeras. Karismanya bahkan sempat menginspirasi Slank ke dalam salah satu lagunya Namun belakangan, popularitas arak Bali sedikit tercederai. Menyusul kasus arak Melon – plesetan arak Methanol yang menelan puluhan nyawa menjelang akhir Mei yang lalu. Serta merta arak Bali sulit dicari dan para pengerajinnya langsung dibuat tiarap dengan kasus ini. Bagaimana nasib mereka?  BEBERAPA bulan yang lalu, Bali gempar dengan kasus arak Melon – plesetan arak Methanol. Bagaimana tidak, puluhan nyawa melayang akibat arak oplosan ini. Dan, saat itu juga arak Bali seakan menjadi kambing hitam atas petaka yang satu ini. Karena kondisi ini, para pengerajin arak pun menjadi ketakutan. Sebab, kasus tersebut ternyata memantik reaksi pihak kepolisian di Bali dengan menabuh perang terhadap arak. Operasi penertiban gencar dilakukan. Kalau ada warga yang ketahuan memproduksi arak pasti digerebek. Begitu juga di jalan, kalau ada yang ke

Pecut Itu Mengenai Blackout

Gambar
AWALNYA sulit untuk menerka, apakah gemerlap musik rock Indonesia di era 90-an ke bawah akan bangkit lagi. Di awal 2009, tanda-tanda kebangkitan itu memang sempat mengemuka. Paling tidak dengan rencananya Godbless dan Jamrud, serta band berhaluan rock lainnya di Indonesia naik lagi ke atas pentas.  Kemunculan mereka memang dinantikan bak “pecut” bagi dedengkot-dedengkot band pengusung music cadas. Setidaknya, pentolan The Wheels, Dodi mengakui harapan itu. Saat terlibat pembicaraan denganya di awal 2009 yang lalu, dia dengan jujur mengakui harapannya itu. Harapan, yang mungkin juga membenak di hati band sealirannya. Namun, waktu berkehendak lain. Meski berusaha menerobos pasar musik yang terlanjur demam Melayu, kemunculan “para veteran” tersebut tidak begitu menggema. Mereka masih mengendap-endap dan berusaha menerobos masa-masa bulan madu ST 12, Wali Band, Kangen Band. Serta Ridho Irama yang dibaptis ayahnya, Rhoma Irama, sebagai Pangeran Dangdut.Kelak. Kondisi ini dibuktikan deng

Postingan populer dari blog ini

Menengok Klebutan Toya Masem (2-habis)

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Menengok Klebutan Toya Masem (1)